GOLONGAN VIIIA
(GAS MULIA)
Penulis:
Novita Sari Fasihah
P.S:
Pendidikan Kimia (B)
Mata Kuliah:
Sejarah Kimia (KKM612103)
Dosen: Dr.
Ratu Beta Rudibyani, M.Si.
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas
Lampung
Bandarlampung
2014
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga kami dapat meyelesaikan penyusunan makalah ini dalam Sejarah Kimia mengenai Golongan VIIIA (Gas Mulia).
Dalam penyusunan
makalah ini tidak terlepas dari bantuan pihak yang mendorong dan memotivasi
supaya pembuatan makalah ini lebih baik dan efisien. Kami mengucapkan terima
kasih kepada Ibu Dr. Ratu Beta
Rudibyani, M.Si. sebagai dosen pembimbing dalam menyerahkan
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari
bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
dalam pembahasan.
Oleh karena itu,
bagi pihak pembaca agar dapat memberi kritik dan saran untuk mengembangkan dan menyempurnakan makalah ini. Semoga dalam penyusunan
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Bandarlampung, 11 April 2014
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah
.........................................................................................
2
1.3 Tujuan Masalah ............................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Terbentuknya Gas Mulia .................................................................
3
2.2 Sifat - Sifat Gas Mulia .................................................................................
4
2.3 Persenyawaan Gas Mulia
................................................................... ..........7
2.4 Kegunaan Gas Mulia ....................................................................................
9
2.5 Proses Ekstraksi Gas Mulia ........................................................................
10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................................
13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gas mulia adalah unsur-unsur
golongan VIIIA dalam tabel periodik. Disebut mulia karena unsur-unsur ini sangat stabil
(sangat sukar bereaksi). Gas ini mempunyai sifat lengai, tidak reaktif, dan
susah bereaksi dengan bahan kimia lain. Gas mulia juga merupakan golongan kimia
yang unsur-unsurnya memiliki elektron valensi luar penuh. Karena unsur gas mulia memiliki konfigurasi elektron yang
penuh, unsur-unsur tersebut tidak reaktif dan senyawanya tidak dikenal.
Akibatnya gas-gas ini dikenal dengan gas inert. Namun, setelah penemuan
senyawa gas-gas ini, lebih tepat untuk
menyebutnya dengan unsur gas mulia. Unsur-unsurnya
adalah He (Helium), Ne (Neon), Ar (Argon), Kr (Kripton),
Xe (Xenon), dan Rn (Radon) yang bersifat
radioaktif.
Gas Mulia
terdapat dalam atmosfer bumi, untuk Helium terdapat di luar atmosfer. Helium
dapat terbentuk dari peluruhan zat radioaktif uranium dan thorium. Semua unsur
- unsur gas mulia terdiri dari atom-atom yang berdiri sendiri. Unsur gas mulia
yang terbanyak di alam semesta adalah Helium (banyak terdapat di bintang)
yang merupakan bahan bakar dari matahari.
Radon amat sedikit jumlahnya di atmosfer atau udara. Dan sekalipun ditemukan
akan cepat berubah menjadi unsur lain, karena radon bersifat radioaktif. Dan karena
jumlahnya yang sangat sedikit pula radon disebut juga sebagai gas jarang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana
sejarah terbentuknya gas mulia ?
2.
Bagaimana sifat - sifat gas mulia ?
3. Bagaimana
persenyawaan gas mulia ?
4. Apa kegunaan gas mulia ?
5. Bagaimana
proses ekstraksi gas mulia ?
1.3 Tujuan
Masalah
Adapun tujuan pembuatan makalah ini yaitu:
1. Mengetahui sejarah terbentuknya gas mulia
2. Mengetahui sifat
- sifat gas mulia
3. Mengetahui persenyawaan
gas mulia
4. Mengetahui kegunaan
gas mulia
5. Mengetahui proses
ekstraksi gas mulia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Terbentuknya Gas
Mulia
Sejarah gas mulia berawal dari
penemuan Cavendish pada tahun 1785. Cavendish menemukan sebagian kecil bagian
udara (kurang dari 1/2000 bagian) sama sekali tidak berreaksi walaupun sudah
melibatkan gas-gas atmosfer.
Lalu pada tahun 1894, Lord Raleigh
dan Sir William Ramsay berhasil memisahkan salah satu unsur gas di atmosfer
(yang sekarang di kenal sebagai gas mulia) berdasarkan data spektrum. Lalu ia
mencoba mereaksikan zat tersebut tetapi tidak berhasil dan akhirnya zat tersebut
diberi nama argon.
Dan pada tahun 1895 Ramsay berhasil mengisolasi
Helium, hal ini berawal dari penemuan Janssen pada tahun 1868 saat gerhana
matahari total. Janssen menemukan spektrum Helium dari sinar matahari berupa
garis kuning. Nama Helium sendiri merupakan saran dari Lockyer dan Frankland.
Lalu pada tahun 1898 Ramsay dan
Travers memperoleh zat baru yaitu Kripton, Xenon serta Neon. Kripton dan Xenon
ditemukan dalam residu yang tersisa setelah udara cair hampir menguap semua.
Sementara itu Neon ditemukan dengan cara mencairkan udara dan melakukan
pemisahan dari gas lain dengan penyulingan bertingkat.
Pada tahun 1900 Radon ditemukan oleh
Friedrich Ernst Dorn, yang menyebutnya sebagai pancaran radium. Pada tahun
William Ramsay dan Robert Whytlaw-Gray menyebutnya sebagai niton serta menentukan
kerapatannya sehingga mereka menemukan Radon adalah zat yang paling berat di
masanya (sampai sekarang). Nama Radon sendiri baru dikenal pada tahun 1923.
Pembuatan
unsur gas mulia sendiri baru ditemukan pada tahun 1962. Pembuatan unsur
tersebut diawali oleh seorang ahli kimia yang berasal dari Kanada yaitu Neil
Bartlett. Neil Bartlett barhasil membuat senyawa xenon yaitu XePtF6, sejak saat
itu barulah ditemukan berbagai gas mulia lain yang berhasil di buat. Dan
akhirnya istilah untuk menyebut zat-zat telah berganti. Yang awalnya disebut
gas inert (lembam) telah berganti menjadi gas mulia yang berarti stabil atau
sukar bereaksi.
Berikut ini adalah asal-usul mana
unsur-unsur gas
mulia yang diambil dari bahasa
Yunani, yaitu:
1) Helium à ήλιος (ílios
or helios) = Matahari
2) Neon à νέος (néos)
= Baru
3) Argon à αργός (argós)
= Malas
4) Kripton à κρυπτός (kryptós) =
Tersembunyi
5) Xenon à ξένος (xénos)
= Asing
6) Radon (pengecualian)
diambil dari Radium
2.2 Sifat-Sifat Gas Mulia
Sifat-Sifat Umum :
-Mempunyai
elektron valensi 8, dan khusus untuk Helium electron
valensinya 2
valensinya 2
-Molekul-molekulnya
terdiri atas satu atom (monoatom).
Berikut merupakan beberapa sifat
dari gas mulia.
-
He dan Ne tidak larut dalam air dan Ar, Kr, dan Xe sedikit
larut dalam air
Tabel 1.
Sifat-sifat Gas Mulia
Gas
mulia memiliki titik didih dan titik leleh yang sangat rendah, oleh karena itu
di alam gas mulia berwujud gas. Gas mulia tidak berbau, tidak berwarna dan
tidak berasa.
Kereaktifan
gas mulia akan bertambah seiring dengan bertambahnya nomor atom. Bertambahnya
nomor atom akan menambah jari-jari atom pula. Hal ini mengakibatkan gaya tarik
inti atom terhadap elektron terluar berkurang, sehingga lebih mudah melepaskan
diri dan ditangkap zat lain. Sampai saat ini, senyawa gas mulia yang sudah
dapat bereaksi dengan zat lain adalah xenon dan kripton, sedangkan helium,
neon, dan argon masih sangat stabil.
2.2.1 Sifat Kimia
Kereaktifan
gas mulia akan berbanding lurus dengan jari-jari atomnya, jadi kereaktifan gas
mulia akan bertambah dari He ke Rn hal ini disebabkan pertambahan jari-jari
atom menyebabkan daya tarik inti terhadap elektron kulit luar berkurang,
sehingga semakin mudah ditarik oleh atom lain. Tetapi gas mulia adalah
unsur yang tidak reaktif karena memiliki konfigurasi elektron yang sudah stabil, hal ini didukung
kenyataan bahwa gas mulia di alam selalu berada sebagai atom tunggal atau
monoatomik.
Adapula hal penting yang
menyebabkan gas mulia amat stabil yaitu konfigurasi elektronnya. Elektron valensi gas mulia sudah
memenuhi kaidah Duplet untuk He dan kaidah Oktet untuk Ne, Ar, Kr, Xe dan Rn. Konfigurasi elektron gas mulia (kecuali He) berakhir pada
ns2 np6. Konfigurasi tersebut merupakan konfigurasi
elektron yang stabil, sebab semua elektron pada kulitnya sudah
berpasangan. Oleh sebab itu, tidak memungkinkan terbentuknya ikatan kovalen
dengan atom lain. Energi ionisasi yang tinggi menyebabkan gas mulia sukar
menjadi ion positif dan berarti sukar membentuk senyawa secara ionik. Tetapi
bukan berarti gas mulia tidak dapat bereaksi, hingga sekarang gas mulia periode
3 ke atas (Ar, Kr, Xe, Rn) sudah dapat bereaksi dengan unsur yang sangat
elektronegatif seperti Flourin dan Oksigen.
2.2.2 Sifat
Fisis
Gas
mulia merupakan unsur gas pada suhu kamar dan mendidih hanya beberapa derajat
di atas titik cairnya. Jari-jari, titik leleh serta titik didih gasnya mulanya
bertambah seiring bertambahnya nomor atom. Sedangkan energi pengionnya
berkurang.
Dari
data-data di tabel 1, dapat
kita bisa lihat bahwa nomor atom, jari-jari atom, massa atom, massa jenis,
titik didih, titik beku, entalpi peleburan dan entalpi penguapan selalu
bertambah dari He ke Rn. Sedangkan energi ionisasi mengalami penurunan dari He
ke Rn. Beberapa dari sifat tersebut mengalami kenaikan karena gaya london terutama pada entalpi peleburan dan
entalpi penguapan.
Elektron valensi gas mulia sudah memenuhi kaidah Duplet untuk He dan kaidah Oktet untuk Ne, Ar, Kr, Xe dan Rn. Sedangkan untuk He, Ne, Ar tidak memiliki nilai keelektronegatifan. Dan bilangan oksidasi yang di atas adalah bilangan oksidasi yang sudah di ketahui hingga sekarang.
Elektron valensi gas mulia sudah memenuhi kaidah Duplet untuk He dan kaidah Oktet untuk Ne, Ar, Kr, Xe dan Rn. Sedangkan untuk He, Ne, Ar tidak memiliki nilai keelektronegatifan. Dan bilangan oksidasi yang di atas adalah bilangan oksidasi yang sudah di ketahui hingga sekarang.
2.3 Persenyawaan Gas Mulia
Pada awalnya
para ahli kimia berpendapat bahawa gas mulia tidak dapat membentuk senyawa
karena konfigurasi elektron yang stabil. Tetapi, Pada tahun 1962, Neil Bartlett
dari Universitas British Columbia melakuan suatu percobaan. Bartlett
mereaksikan Platina Heksana Fluorida( PtF6 ) dengan O2
dan diperoleh senyawa O2PtF6 . Karena harga ionisasi O2
dan Xe berdekatan, membuat Bartlett menduga bahwa Xe mungkin dapat bereaksi
dengan PtF6. Ternyata dugaan Bartlett benar dan Bartlett berhasil
mensintesa senyawa gas mulia yang pertama XePtF6 ( Xenon Heksafluoro
Plainat ), suatu padata berwarna kuning.
Semenjak saat itulah runtuhlah anggapan umum para ahli kimia bahwa gas
mulia benar-benar tidak dapat membentuk senyawa. Ternyata gas mulia disamping
memiliki konfigurasi elektron yang stabil dapat juga bereaksi dengan atom lain, meskipun reaksi -reaksinya terbatas dan harus memenuhi
syarat. Umumnya syarat yang diperlukan dalam pembentukan senyawa gas mulia
adalah:
1. Gas mulia
yang bereaksi itu harus cukup rendah energi ionisasinya.
2. Gas mulia hanya bereaksi dengan unsur – unsur yang sangat elektronegatif
yaitu fluor dan oksigen.
Tabel 2. Beberapa senyawaan Xenon
Sampai saat ini yang baru ditemukan
adalah persenyawaan dari unsur Xenon, Kripton dan radon . Yang lainnya masih
dalam tahap penelitian. Senyawaan gas mulia yang paling banyak disintesis
adalah Xenon. Ini disebabkan energi ionisasi xenon lebih rendah daripada
kripton. Adapun radon mengalami masalah bahan baku, unsur radon sangat sedikit
terdapat di alam. Karena bersifat radioaktif.
Kira-kira ada
200 senyawaan xenon yang dikenal orang, termasuk halida, oksida, oksi-fluorida,
fluorosulfat, garam-garam senat dan persenat serta senyawa adisi dengan asam
dan basa lewis. Sedangkan senyawa-senyawa kripton hanya satu yaitu KrF2 (kripton
flourida). Hal ini disebabkan karena
energi ionisasi kripton cukup tinggi dan radon di alam hanya terdapat dalam
jumlah yang sedikit sekali.
2.4 Kegunaan Gas Mulia
2.4.1 Helium
Helium merupakan zat yang ringan dan tidak mudah terbakar. Helium biasa digunakan untuk mengisi balon udara, dan helium yang tidak reaktif digunakan untuk mengganti nitrogen untuk membuat udara buatan yang dipakai dalam penyelaman dasar laut. Para penyelam bekerja pada tekanan tinggi. Jika digunakan campuran nitrogen dan oksigen untuk membuat udara buatan, nitrogen yang terisap mudah terlarut dalam darah dan dapat menimbulkan halusinasi pada penyelam. Oleh para penyelam, keadaan ini disebut “pesona bawah laut”. Helium yang berwujud cair juga dapat digunakan sebagai zat pendingin karena memiliki titik uap yang sangat rendah. Helium digunakan dalam sistem tekanan bahan bakar untuk roket, dalam atmosfer yang tak reaktif untuk pengelasan, dan dalam atmosfer pemindah (transfer) panas untuk reaktor nuklir.
Helium merupakan zat yang ringan dan tidak mudah terbakar. Helium biasa digunakan untuk mengisi balon udara, dan helium yang tidak reaktif digunakan untuk mengganti nitrogen untuk membuat udara buatan yang dipakai dalam penyelaman dasar laut. Para penyelam bekerja pada tekanan tinggi. Jika digunakan campuran nitrogen dan oksigen untuk membuat udara buatan, nitrogen yang terisap mudah terlarut dalam darah dan dapat menimbulkan halusinasi pada penyelam. Oleh para penyelam, keadaan ini disebut “pesona bawah laut”. Helium yang berwujud cair juga dapat digunakan sebagai zat pendingin karena memiliki titik uap yang sangat rendah. Helium digunakan dalam sistem tekanan bahan bakar untuk roket, dalam atmosfer yang tak reaktif untuk pengelasan, dan dalam atmosfer pemindah (transfer) panas untuk reaktor nuklir.
2.4.2 Neon
Neon biasanya digunakan untuk pengisi bola lampu neon. Selain itu juga neon
dapat digunakan untuk berbagi macam hal seperti indikator tegangan tinggi, zat
pendingin, penangkal petir, dan mengisi tabung televisi.
2.4.3 Argon
Argon digunakan dalam las titanium pada pembuatan pesawat terbang atau
roket. Argon juga digunakan dalam las stainless steel dan sebagai pengisi bola
lampu pijar karena argon tidak bereaksi dengan wolfram (tungsten) yang panas.
2.4.4 Kripton
Kripton bersama argon digunakan sebagai pengisi lampu fluoresen bertekanan
rendah. Krypton juga digunakan dalam lampu kilat untuk fotografi kecepatan
tinggi.
2.4.5 Xenon
Xenon dapat digunakan dalam pembuatan lampu untuk bakterisida (pembunuh
bakteri) dan pembuatan tabung elektron.
2.4.6 Radon
Radon dapat digunakan dalam terapi kanker karena bersifat radioaktif. Namun demikian, jika radon terhisap dalam jumlah banyak, malah akan menimbulkan kanker paru-paru. Radon juga dapat berperan sebagai sistem peringatan gempa, karena bila lempengan bumi bergerak kadar radon akan berubah sehingga bisa diketahui bila adanya gempa dari perubahan kadar radon.
Radon dapat digunakan dalam terapi kanker karena bersifat radioaktif. Namun demikian, jika radon terhisap dalam jumlah banyak, malah akan menimbulkan kanker paru-paru. Radon juga dapat berperan sebagai sistem peringatan gempa, karena bila lempengan bumi bergerak kadar radon akan berubah sehingga bisa diketahui bila adanya gempa dari perubahan kadar radon.
2.5 Proses Ekstraksi Gas Mulia
Di alam, gas
mulia berada dalam bentuk monoatomik karena bersifat tidak reaktif. Oleh karena
itu, ekstraksi gas mulia umumnya menggunakan pemisahan secara fisis.
Pengecualian adalah radon yang diperoleh dari peluruhan unsure radioaktif.
2.5.1 Ektraksi
Helium dari Gas Alam
Gas alam
mengandung hidrokarbon dan zat seperti CO2 uap air, He dan pengotor
lainnya. Untuk mengekstraksi He dari gas alam, digunakan proses pengembunan.
Pada tahap awal, CO2 dan uap air terlebih dahulu dipisahkan (hal ini
karena pada proses pengembunan CO2 dan uap air dapat membentuk
padatan yang menyebabkan peyumbatan pipa). Kemudian gas alam diembunkan pada
suhu dibawah suhu pengembunan hidrokarbon tetapi diatas suhu pengembunan He. Dengan
demikian, di peroleh produk berupa campuran gas yang mengandung ~50% He, N2,
dan pengotor lainnya. Selanjutnya, He di murnikan dengan proses antara lain :
1) proses
kriogenik (menghasilkan dingin)
Campran gas
diberi tekanan, lalu didinginkan dengan cepat agar N2 mengembun sehingga dapat
dipisahkan. Sisa campuran dilewatkan melalui arang teraktivasi yang akan
menyerap pengotor sehingga di peroleh He yang sangat murni.
2) proses adsorpsi
Campuran gas dilewatkan melalui bahan penyerap yang
secara selektif menerap pengotor. Proses ini mennghasilkan He dengan kemurnian
99,997% atau lebih.
2.5.2 Ekstraksi
He, Ne, Ar, Kr dan Xe dari udara
Proses yang
digunakan disebut teknologi pemisahan udara. Pada tahap awal, CO2
dan uap air dipisahkan terlebuh dahulu. Kemudian, udara di embunkan dengan
pemberian tekanan ~200 atm di ikuti pendinginan cepat. Sebagian besar udara
akan membentuk fase cair dengan kandungan gas mulia yang lebih banyak, yakni
~60% gas mulia (Ar, Kr, Xe) dan sisanya ~30% O2 dan 10% N2.
Sisa udara yang mengandung He dan Ne tidak mengembun karena titik didih kedua
gas tersebut sangat rendah.
Selanjutnya,
Ar, Kr dan Xe dalam udara cair dipisahkan menggunakan
11
proses, antara
lain :
1) proses
adsorpsi.
Pertama, O2 dan N2 dipisahkan terlebih dahulu
menggunakan reaksi kimia. O2 di reaksikan dengan Cu panas. Lalu N2
direaksikan dengan Mg. sisa campuran (Ar, Xe dan Kr) kemudian akan di adsorpsi
oleh arang teraktivasi. Sewaktu arang dipanaskan perlahan, pada kisaran suhu
tertentu setiap gas akan terdesorpsi atau keluar dari arang. Ar di peroleh pada
suhu sekitar -80˚C, sementara Kr dan Xe pada suhu yang lebih tinggi.
2) Proses
distilasi fraksional.
Proses ini menggunakan kolom distilasi fraksional bertekanan tinggi.
Prinsip pemisahan adalah perbedaan titk didih zat. Karena titik didih N2
paling rendah, maka N2 lebih dulu dipisahkan. Selanjutnya Ar dan O2
dipisahkan. Fraksi berkadar 10% Ar ini lalu dilewatkan melalui kolom distilasi
terpisah di mana diperoleh Ar dengan kemurnian ~98% (Ar dengan kemurnian
99,9995% masih dapat diperoleh dengan proses lebih lanjut). Sisa gas, yakni He
dan Kr, dipisahkan pada tahapan distilasi selanjutnya.
2.5.3 Ekstraksi
Rn dari Peluruhan Unsur Radioaktif
Radon diperoleh dari peluruhan panjang unsur radioaktif
U-238 dan peluruhan langsung Ra-226. Rn bersifat radioaktif dan mempunyai waktu
paro yang pendek yakni 3,8 hari sehingga cenderung cepat meluruh menjadi unsure
lain. Radon belum diproduksi secara komersial.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gas mulia (golongan
VIIIA) memiliki kestabilan yang sangat tinggi dan sebagian ditemukan di alam
dalam bentuk monoatomik karena sifatnya yang stabil. Yang tergolong ke dalam
gas kimia yaitu helium (He), neon (Ne), argon (Ar), krypton (Kr), xenon (Xe),
dan radon yang bersifat radioaktif (Rn).
Sifat – sifat
dari gas mulia yaitu jari-jari atom unsur-unsur gas mulia dari atas ke bawah
(He ke Rn) semakin besar karena bertambahnya kulit yang terisi elektron. Energi
Ionisasi dari atas ke bawah semakin kecil karena gaya tarik inti atom terhadap
elektron terluar semakin lemah. Afinitas Elektron unsur-unsur gas mulia sangat
kecil sehingga hampir mendekati nol. Titik didih unsur-unsur gas mulia
berbanding lurus dengan kenaikan massa atom. Senyawa gas mulia yang sudah dapat
bereaksi dengan zat lain adalah xenon dan kripton, sedangkan helium, neon, dan
argon masih sangat stabil.
Gas mulia
memiliki banyak kegunaan, seperti helium yang dapat digunakan untuk mengisi
balon udara dan radon yang digunakan sebagai terapi kanker karena bersifat
radioaktif.
Di alam, gas
mulia berada dalam bentuk monoatomik karena bersifat tidak reaktif. Oleh karena
itu, ekstraksi gas mulia umumnya menggunakan pemisahan secara fisis. Pengecualian
adalah radon yang diperoleh dari peluruhan unsur radioaktif.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Gas Mulia. Diunduh dari http://gas-mulia.blogspot.com pada
tanggal 26 Maret 2014 pukul 20:25 WIB
tanggal 26 Maret 2014 pukul 20:25 WIB
Justiana,
Sandri dan Muchtaridi. 2009. Kimia 3.
Jakarta: Yudhistira
Keenan, Charles
W., dkk. 1999. Ilmu Kimia Untuk
Universitas. Jakarta: Erlangga
Petrucci,
Ralph. 1985. Kimia Dasar Prinsip dan
Terapan Modern. Jakarta:
Erlangga
Erlangga
Purba, Michael. 2006. Kimia Untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga
SEASON TANYA
JAWAB
ATIYA KAMILA (1313023009)
Pertanyaan : Apakah dampak negatif dari gas mulia?
Jawaban : Dampak negatif dari gas mulia ialah
jika dalam ruangan tertutup, gas mulia tersebut jumlahnya lebih banyak dari
oksigen, maka orang yang menghirupnya akan mengalami pusing, sakit kepala,
mual, atau sesak napas. Karena sifat gas mulia yang ringan dapat masuk terlebih
dahulu ke dalam tubuh dibandingkan oksigen.
IRVAN SETIAWAN (1313023041)
Pertanyan : Apakah gas Helium dapat berubah dalam suhu yang ekstrim?
Jawaban : Helium tidak dapat dirubah wujudnya
menjadi wujud lain, Helium tetap berupa gas. Karena partikel gas Helium sangat
ringan dan jaraknya berjauhan, jadi Helium bergerak dengan bebas.
SITI NUR SETIATUN (1313023075)
Pertanyaan : Bagaimana cara mendapatkan gas Neon?
Jawaban : Neon dapat diperoleh dari udara melalui
destilasi fraksional. Caranya memasukkan udara ke dalam wadah yang terisolasi,
kemudian mengubah wujud gas menjadi cair. Udara cair dipanaskan dan gas yang
cair akan kembali menjadi gas ketika dipanaskan pada temperatur yang
berbeda-beda. Bagian gas dari wujud cair yang kembali pada wujud gas pada suhu
245,920C adalah Neon.
0 komentar:
Posting Komentar